Jumat, 05 April 2013

Teknologi Plasma Mengatasi Masalah Limbah

Siaran televisi beberapa hari lalu menayangkan liputan tentang warga di daerah Bogor 
yang melakukan protes terhadap sebuah pabrik tekstil yang dinilai telah mencemari 
lingkungan karena limbah cair yang dihasilkannya telah mencemari lingkungan. Jauh 
sebelum itu, penduduk di Minahasa mengalami pencemaran akibat limbah cair dari 
penambangan emas. Daftar pencemaran lingkungan masih dapat diperpanjang, namun 
persoalannya, bukan lagi masanya memperuncing permasalahan, sebaliknya perlu 
dipersiapkan bagaimana menanggulangi masalah pencemaran limbah dengan 
memanfaatkan teknologi yang murah, mudah dan dalam skala luas. 
   
Bagi Anto Tri Sugiharto (34) peneliti di Pusat Penelitian Kalibrasi dan Instrumentasi 
Metrologi LIPI, persoalan limbah cair sudah dapat diatasinya. Bahkan, Anto menciptakan 
alat pengolah limbah cair dengan teknologi plasma yang tergolong baru. Kecintaannya 
kepada tanah kelahirannya, mendorong Dr. Anto kembali setelah menyelesaikan studi 
doktor di bidang biokimia di Universitas Gunma Jepang meski berbagai tawaran menarik 
diajukan kepadanya. Dengan teknologi plasma (gas yang terionisasi) pengolahan limbah 
cair dapat dilakukan dengan lebih mudah, murah, cepat dan hanya memerlukan lahan 
sempit. Teknologi ciptaan Dr. Anto ini dapat menggantikan pengolahan limbah cair 
konvensional yang selama ini menggunakan proses biologi dengan cara oksidasi atau 
kimiawi. Dengan oksidasi dibutuhkan waktu lama dan  tempat yang cukup besar, 
sedangkan dengan kimiawi menyisakan residu limbah padat (sludge). 
Dr. Anto mengembangkan pengolahan limbah cair dengan proses oksidasi tingkat tinggi 
dirangkai dengan proses lainnya seperti ozonisasi (O3) dengan penyinaran ultra violet, 
yang pada akhirnya menghasilkan hidroksil radikal,  yang selanjutnya digunakan untuk 
menguraikan unsur kimia limbah cair, dan juga memisahkan unsur logam darinya. 
Dengan teknologi plasma ini, limbah cair diolah menjadi air bersih yang dapat digunakan 
kembali secara aman.  Penggunaan teknologi plasma ternyata tidak hanya untuk mengatasi masalah limbah cair, 
namun oleh putra – putra Indonesia dapat pula dikembangkan untuk mengurangi emisi 
gas beracun dari kendaraan bermotor. Salah satu penggiatnya adalah Dr. Muhammad Nur 
DEA, Peneliti di bidang Fisika, Fakultas MIPA Universitas Diponegoro (Undip) 
Semarang. Cara kerja teknologi pemurnian gas buang dengan teknologi plasma karya Dr. 
Nur ini menggabungkan kandungan karbon, oksida nitrogen, hidrokarbon, dan sulfur 
yang lazimnya terdapat dalam gas buang kendaraan bermotor dan selanjutnya 
membentuk gas aerosol yang terdiri atas amonium karbonat dan amonium sulfat yang 
tidak berbahaya bagi lingkungan dan manusia. 
  
Melihat keberhasilan karya dua orang doktor di atas kita perlu berbangga. Teknologi 
plasma masih tergolong baru, lebih muda dari teknologi komputasi yang baru 
berkembang pesat selama lima puluh tahun terakhir. Di Jepang yang terkenal maju-pun 
teknologi plasma untuk pengolahan limbah belum banyak dikembangkan. Yang sudah 
banyak, teknologi plasma digunakan untuk mengganti teknologi Liquid Crystal Display 
(LCD) atau Cathode Ray Tube (CRT), digunakan sebagai media tampilan komputer. 
Penggunaan teknologi plasma untuk pemurnian limbah, baik berupa limbah padat seperti 
lumpur  crude oil (sludge), atau limbah cair dan gas buang sebagaimana contoh di atas 
merupakan aplikasi teknologi yang diidamkan masyarakat. Bila dikembangkan secara 
terencana, dalam skala produksi yang terukur, dan didukung oleh kebijakan publik yang 
bertanggung jawab, produk unggul karya cipta putra bangsa Indonesia ini tidak saja dapat 
membantu Pemerintah dalam memecahkan masalah limbah, namun dapat membawa 
nama harum bangsa Indonesia di arena Internasional.
Karya Dr. Anto misalnya, mulai diuji-cobakan untuk  mengolah limbah cair pabrik 
minyak goreng terkenal dan terbukti memberikan peningkatan penghematan sebesar 60% 
dari total biaya pengolahan limbah sebelumnya. Demikian halnya karya Dr. Nur setelah 
uji coba selama setahun menunjukkan hasil yang memuaskan, emisi gas beracun yang 
terkandung dalam gas buang kendaraan bermotor berkurang hingga 100%. Dari hitung-hitungan ekonomi, bila selama ini total biaya pengolahan limbah cair nasional mencapai 
Rp. 10 Triliun per tahun, maka setidaknya akan ada penghematan sebesar Rp. 6 triliun 
per tahun bila teknologi seperti karya cipta Dr. Anto digunakan secara nasional. Dan bila 
polusi dari emisi gas buang kendaraan bermotor serta asap pabrik memberi kontribusi 
sekitar  50% terhadap total penyebab polusi lingkungan (khusus wilayah perkotaan), 
dengan digunakannya teknologi plasma dingin seperti karya cipta Dr. Nur, dampaknya 
polusi udara akan berkurang dan lingkungan menjadi tambah bersih dari polutan. 
Disukai atau tidak, limbah beresiko tinggi terhadap kesehatan manusia. Teknologi 
pengolah limbah sudah diciptakan, mungkin belum sempurna, tetapi semangat 
menciptakan alat yang dapat memperbaiki kualitas hidup manusia perlu diberi 
penghargaan setinggi – tingginya. Sekarang berpulang kepada kita semua, apakah masih 
berorentasi pada produk impor, atau hidup sehat dengan produk karya Saudara kita. 

Disusun Oleh :
Mas Wigrantoro Roes Setyadi

1 komentar: